Thursday, December 12, 2019

Peninggalan Kerajaan Hindu Buddha



1. Candi dan Stupa 

Sumber

     Candi dan stupa didirikan sebagi tempat pemujaan tetapi ada juga yang didirikan sebagai makam. Ada banyak peninggalan berupa candi baik yang bercorak Hindu atau Budha. Candi yang bercorak Hindu seperti candi Prambanan, candi Sukuh, candi Canggal, candi Gedong Songo. Adapun  candi yang bercorak Budha antara lain Borobudur, Mendut, Sewu, dan Plaosan.

2. Gapura

Sumber

     Gapura adalah bangunan berupa pintu gerbang. Gapura ada yang beratap dan berdaun pintu dan ada yang menyerupai candi terbelah dua. Gapura yang beratap disebut Paduraksa dan yang terbelah dua disebut Bentar.

3. Petirtaan

Sumber

     Petirtaan adalah pemandian suci untuk kalangan istana atau bangsawan. Misalnya, petirtaan Tirtha Empul dan Jolotundo.

4. Patung atau Arca

Sumber

     Bentuk  patung  Hindu  dan  patung  Budha memang berbeda. Patung Hindu umumnya  berbentuk  dewa-dewi,  tokoh,  dan  makhluk mistik. Misalnya, patung Raja Airlangga berbentuk patung dewa Wisnu sedang menunggang garuda, dan patung Ken Dedes dalam wujud Dewi Prajnaparamita. Sedangkan patung  Buddha,  bentuknya  mewujudkan  Sang Buddha Gautama sendiri. Patung Buddha tampil dalam  berbagai posisi. Misalnya, sikap dhyana-mudra yaitu sikap tangan sedang bersemadi atau sikap wara-mudra yaitu sikap tangan sedang memberi anugerah.

5. Relief

Sumber

     Relief adalah seni pahat pada dinding suatu bangunan atau candi. Relief itu melukiskan suatu cerita. Contohnya relief yang ada pada Candi Borobudur dan Prambanan.

6. Prasasti

Sumber

     Prasasti merupakan tulisan pada batu yang memuat berbagai informasi tentang  sejarah, dan peringatan atau catatan suatu peristiwa. Misalnya Prasasti Canggal,  Prasasti Ciaruteun, Prasasti Talang Tuo, dan Prasati Kota Kapur, dan lainnya.

7. Kitab

Sumber

     Kitab merupakan karangan berupa kisah, catatan, laporan tentang suatu peristiwa atau sejarah.Isi kitab tidak berupa kalimat langung melainkan rangkaian puisi indah dalam sejumlah bait. Ungkapan dalam bentuk puisi ini biasa disebut  Kakawin. Kitab-kitab peninggalan masa Hindu-Buddha antara lain adalah Kakawin Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, Kitab Negara Kertagama karya Mpu Prapanca, dan Sutasoma karya Mpu Tantular.

Friday, December 6, 2019

Sistem Kemasyarakatan, Pemerintahan, Filsafat dan Kepercayaan

Sistem Kemasyarakatan, Pemerintahan, Filsafat dan Kepercayaan[1]

  Sistem Kemasyarakatan
Sistem kemasyarakatan pada masa hindu, sangat dipengaruhi oleh stratifikasi sosial berdasarkan system kasta. kasta merupakan penggolongan masyarakat berdasarkan tingkat atau derajat orang yang bersangkutan yang dibagi atas tingkatan-tingkatan tertentu yang memiliki system nilai yang berbeda-beda dan berlaku secara turun menurun. Setiap orang sudah ditentukan kastanya. Sistem kasta ini muncul dalam masyarakat Indonesia setelah ada hubungan dengan India. Terdapat empat kasta yaitu kasta Brahmana, Ksatria, Weisya dan Sudra. Sistem kasta ini bukan asli dari Indonesia. Sedangkan pada masyarakat yang dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan budha, system struktur sosial masyarakatnya tidak didasarkan pada kasta, tetapi didasarkan pada dua golongan, yaitu golongan bikhu-bikhuni dan masyarakat umum.

b.      Sistem Pemerintahan
Pengaruh India di Indonesia dalam system pemerintahan dapat dilihat dengan adanya system pemerintahan yang sederhana. Di bidang pemerintahan, setelah pengaruh India masuk maka munculah pemerintahan yang dipegang oleh raja serta wilayahnya disebut kerajaan yang semula pemimpinnya adalah kepala suku yang dianggap mempunyai kelebihan dibandingkan warga lainnya (primus interpares). Rajanya dinobatkan melalui upacara Abhiseka, biasanya namanya ditambah “warman” seperti di kerajaan kutai, trauma dan sebagainya. Raja harus berwibawa dan dipandang mempunyai kesaktian (kekuatan gaib) seperti para raja disembah menunjukan adanya pemujaan dewa raja.

c.       Sistem Filsafat
Akulturasi filsafat Hindu Indonesia menimbulkan filsafat Hindu Jawa. Misalnya, tempat yang makin tinggi makin suci sebab merupakan tempat bersemayam para dewa. Itulah sebabnya raja-raja Jawa (Surakarta dan Yogyakarta) setelah meninggal dimakamkan di tempat-tempat yang tinggi, seperti Giri Bangun, Giri Layu (Surakarta), dan Imogiri (Yogyakarta).

d.      Sistem Kepercayaan
kepercayaan asli bangsa Indonesia adalah animisme dan dinamisme. Percaya adanya kehidupan setelah mati, yakni sebagai roh halus. Kehidupan roh halus tersebut dipercayai memiliki kekuatan, maka roh nenek moyang tersebut dipuja. Namun, setelah pengaruh interaksi kebudayaan Hindu–Buddha masuk terjadilah akulturasi system kepercayaan sehingga masyarakat Indonesia mulai ada yang menganut agama Hindu dan Buddha. Tetapi masuknya pengaruh hindu budha tidak menyebabkan pemujaan terhadap roh nenek moyang hilang.

Sumber:
[1] Anwar Kurnia, Sejarah 1 SMP Kelas VII (Jakarta : Ghalia Indonesia,2007), hlm. 22

SENI SASTRA DARI MASA HINDU – BUDDHA


A.    ZAMAN KEDIRI
Pada zaman kerajaan kediri, karya sastra berkembang pesat. Diantaranya adalah :
1.      Kakawin Bharatayudha

Sumber
s
Kakawin Bharatayudha merupakan Karya Empu Sedah dan Empu Panuluh, yang berisi tentang kemenangan Janggala atas Panjulu saat masa pemerintahan Raja Jayabaya. Kisah perjuangan Raja Jayabaya ini dianalogikan menjadi kisah peperangan dari Kurawa dan Pandawa di dalam kisah Mahabarata. Prasasti ini mnurut perkiraan dibuat pada tahun 1079 Saka atau 1157 Masehi di pemerintahan Prabu Jayabaya dan selesai ditulis pada 6 November 1157.

2.   KITAB KRESNAYANA

Sumber

Gambar 1.2 Kitab Kresnayana

Kitab Kresnayana merupakan karya Empu Triguna, yang berisi tentang riwayat kehidupan Kresna yang pada masa kecilnya dikenal sebagai seorang anak nakal, namun disayangi banyak orang sebab suka menolong. Selain itu, Kresna juga mempunyai kesaktian yang luar biasa, dan setelah dewasa ia dikawini dengan Dewi Rukmini.

3.      KITAB SUMARASANTAKA (tidak ada dokumentasi gambar)
Kitab Sumarasantaka adalah karya Empu Monaguna, yang berisi tentang bidadari Harini yang terkena kutukan dan menjelma sebagai seorang putri di bumi. Setelah masa hukumannya habis, ia kembali ke kahyangan.

4.   KITAB HARIWANGSA DAN GATOT KACAS RAYA (tidak ada gambar)
Kitab Hariwangsa dan Gatot Kacas Raya adalah karya Empu Panuluh, yang berisi tentang kisah perkawinan Kresna dengan Dewi Rukmini.
5.      KITAB SMARADHANA
Gambar 1.3 kitab Smaradhana
Sumber: http://sejarahlengkap.com/wp-content/uploads/2017/06/Kitab-Smaradhana-300x233.jpg
Kitab Smaradhana adalah karya Empu Dharmaja yang isinya menceritakan tentang kisah Dewa Kama serta Dewi Ratih yang merupakan sepasang suami istri menghilang secara misterius sebab terkena api yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa. Saat Batara Siwa sedang pergi untuk bertapa, Indralaya dikunjungi oleh para musuh yakni raksasa dengan rajanya bernama Nilarudraka.

6.   KITAB LUBDAKA DAN KITAB WIRTASANCAYA
Kitab Lubdaka dan Kitab Wirtasancaya adalah karya Empu Tan Akung.

B.     ZAMAN MAJAPAHIT
Pada zaman majapahit, karya sastra juga berkembang pesat, dan hasil sastranya terbagi menjadi zaman majapahit awal dan juga majapahit akhri. Diantaranya adalah :
  • SASTRA ZAMAN MAJAPAHIT AWAL
1.    Kitab Negara Kertagama

Sumber
Gambar 1.4 Kitab Negara Kertagama

Karya Empu Prapanca, yang berisi tentang keadaan kerajaan Majapahit, daerah-daerah jajahan dan perjalanan pemerintahan Hayam Wuruk dalam memimpin daerah-daerah kekuasaannya.
2.    Kitab Sutasoma
Gambar 1.5 Kitab Sotasoma
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFkgpmWTkd6aUDrff3WoCM2DyilIukwLHi3Y5dMFe8Pg9yYpfhVitcR65MhOmC4vqyTAl2b7J2oV25ij4Z5zgT38FDx0VAjskyvdOVaGsFS8dYUQTKf9_CbowNQcnKL1yfhf6o2gfPzfs/s1600/sutasoma.jpg
Karya Empu Tantular, yang berisi tentang anak raja yang menjadi pendeta Buddha. Anak raja ini rela mengorbankan dirinya untuk kesejahteraan semua mahluk. Oleh sebab itu, banyak orang yang tertolong olehnya. Di dalam kitab juga terdapat ungkupan yang berbunyi : “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrawa” yang saat ini dipakai sebagai lambang NKRI.
3.    Kitab Arjunawijaya
Gambar 1.6 Kitab Arjunawijaya
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioMdSxruAANTUw5RPRhWVqB5-MNlLQzvT5dr6IHcpMB6LOxUj4ToqZuNQWQ8hFwwz7bTPxg0iFpPR8WIpxl1j5hUaPoD3NjjevyfZPIT5qCKBU7ZgL2eOx7-Lqcdr0QuTa9AsRv1qinaJS/s1600/download+%25283%2529.jpg
Karya Empu Tantular, yang berisi tentang raksasa yang berhasil dibunuh oleh Arjuna Sasrabahu.
4.    Kitab Kunjarakarna
Gambar 1.7 naskah kunjarakarna
Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/b/b6/Kunjarakarna_LOr_2266.jpg
Naskah nipah Kuñjarakarna yang disimpan di Universitas Leiden sebagai naskah Orientalis 2266, halaman 1 verso. Berisi tentang raksasa Kunjarakarna yang sangat ingin berubah menjadi manusia. Raksasa ini menghadap Wairocana dan diizinkan melihat neraka. Sebab ia taat kepada agama Buddha, maka keinginannya di kabulkan.
5.    Kitab Parthayajna
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTuugDitWk3OOfOq6NLFmGQT-xFPnBV7REB3Lu75uiMKdn4fNNcBYTUjWAtQE_VOBazcHzEglDl2kmw3ODnS9xfQBSwou8MZrLKj-26udeCrUpIO8RVa3oSAUTnW0pWuMuo5GwOgmfgcXg/s1600/parthayajna.jpg
Berisi tentang keadaan Pandawa setelah kalah main dadu bersama Kurawa, yang akhirnya diasingkan ke hutan.
  • SASTRA ZAMAN MAJAPAHIT AKHIR
Hasil karya sastara zaman majapahit akhir, lebih banyak ditulis dengan bahasa Jawa Tengah. Di antaranya ada juga yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) dan gancaran (prosa).
1.    Kitab Pararaton
Gambar 1.8 Kitab Paraton
Yang berisi tentang cerita mitos atau dongeng tentang raja-raja Singasari dan Majapahit. Selain itu juga diceritakan tentang Raja Jayanegara, pemberontakan yang dilakukan oleh Ranggalawe dan Sora, serta peristiwa Bubat.
2.    Kitab Sudayana
Sumber: https://pbs.twimg.com/media/A2uyk4fCQAAuUhD.jpg
Yang berisi tentang peristiwa bubat, yaitu rencana perkawinan yang akhirnya berubah menjadi pertempuran antara Pajajaran dan Majapahit di bawah pimpinan Patih Gajah Mada. Di dalam pertempuran bubat ini, raja Sunda dengan pembesarnya terbunuh, dan Dyan Pitaloka membunuh dirinya sendiri.
3.    Kitab Sorandakan
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiA8HkkdHY4JN6rQrUFtRNWeoJu17oTROEGxGIRRe7mq3cTi82JM6tqR6JYMwmwRvyNaz7FIjifj2nb6T671Ps6jhMKqEf6BQMq4-GXFqOGlFjOz47LUfvxElQpMaWptoRw1CJl75jXsVoh/s1600/download+%25281%2529.jpg
Yang ditulis dalam bentuk kidung, menceritakan tentang pemberontakan yang dilakukan oleh Sora terhadapa Raja Jayanegara di Lumajang.







4.    Kitab Ranggalawe
Gambar 1.9 Kitab Ranggalawe
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC_AWMYcqMfTHXoyZSVCRJi1YMRide44CIqGOG-qNwZeY141xdsLC2TsKMkiqc5_OFfA43UVe3zpD9itS3MS8PUxn26YaOcb62lxGqJpLvxqCwfeXKEpVotnxhs56dieigzhwUygvj7DQ/s1600/Kitab+Ranggalawe.jpeg
Yang ditulis dalam bentuk kidung, menceritakan tentang pemberontakan Ranggalawe dari Turban terhadap Raja Jayanegara.
5.    Kitab Panjiwijayakrama (tidak ada gambar)
Yang ditulis dalam bentuk kidung, menceritakan tetnang riwayat Raden Wijaya sampai berhasil mendirikan kerajaan Majapahit.

6.    Kitab Usana Jawa (tidak ada gambar)
Yang berisi tentang penaklukan Bali oleh Patih Gajah Mada dan Aryadamar.

7.    Tantu Panggelaran(tidak ada gambar)
Yang berisi tentang pemindahan gunung Mahameru ke Pulau Jawa, oleh Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa. Keruntuhan gunung Mahameru sepanjang pulau Jawa menghasilkan gunung-gunung di Jawa lainnya. Dan juga berisi tentang mitos penjadian manusia.
8.    Kitab Calon Arang
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr5WYem_Tpm3FtyomAxHvu4BAQFotb8knT44sTJlR5NFY7tjz8vrr8Q9_5kCWfSVjss6chO47fzSpmunWS48slkuiRQUw_8QKAAWSgoy5uU-LdKnYO_p-Saz17ADjOJenFxE58eVp3n74/s400/tjita-dewa-calon-arang-copy.jpg
Yang berisi tentang seorang pengrajin tenun, yang bernama Calon Arang yang hidup saat masa pemerintahan Raja Airlangga. Penenun ini memiliki anak yang sangat cantik, namun tidak ada yang berani untuk meminangnya. Calon Arang merasa terhina dan menyebarkan wabah penyakit di seluruh negeri. Atas perintah Raja Airlangga, ia dapat dibunuh oleh Empu Bharada.


Thursday, December 5, 2019

Ebook Hindu-Buddha

1. Mengenal Candi-Candi Nusantara


Sumber

Ketika Raja-raja Hindu dan Budha berkuasa di Nusantara, mereka membangun candi-candi. Candi-candi ini dibuat begitu megah dan indah dengan relief uniknya. Selain itu, Candi candi ini juga bersifat sakral dan wajib dikunjungi oleh mereka. Bagaimana sejarah pembangunan candi candi yang megah ini? Simak selengkapnya dalam buku ini 

2. Doa Sehari-Hari Menurut Hindu


Sumber

Perkembangan Umat Hindu dalam melakukan persembahyangan saat ini begitu menggembirakan. Dimana-mana Puja Trisandya dikumandangkan dalam setiap persembahyangan. Namun cukupkah demikian? Sudah tahukah anda bahwa dalam aktivitas sehari-hari umat Hindu pun kita dapat berdoa? Jika belum, dalam  buku ini anda bisa mempelajari macam-macam doa dan tata caranya.


3. Kebahagiaan Tertinggi dan Keharmonisan Alam Semesta


Sumber

Apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan tertinggi dalam agama Hindu? Apakah mencapai puncak jabatan kekuasaan? Atau hidup kaya raya bergelimang harta? Benarkah demikian? Dalam buku ini anda dapat menemukan jawabannya! 



4. Kumpulan Khotbah Sang Buddha


Sumber

Setelah sang Buddha wafat, catatan atas apa yang Beliau katakan dilestarikan sebagai tradisi lisan. Seiring evolusi zaman, berkembang pula tradisi pelestarian menjadi sebuah tulisan. Bagi anda pembaca modern saat ini, sangat beruntung, karena Bhikkhu Bodhi, membuat suatu karya dengan kompilasi dan terjemahan yang sangat teliti. Segala khotbah Sang Buddha Sakyamuni dapat anda baca pada buku setebal 733 halaman karyanya ini. 


5. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti


Sumber

Pelajaran Agama, perlu diberikan penekanan khusus mengenai budi pekerti. Pendidikan budi pekerti adalah usaha menanamkan nilai-nilai moral kedalam sikap dan perilaku generasi penerus bangsa agar mereka memiliki kesantunan dalam berinteraksi. Buku ini diterbitkan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan untuk para guru dalam rangka mempersiapkan generasi terbaik penerus bangsa. 

Relasi Persahabatan Di Vihara Boen San Bio dan Pura Kerta Jaya

Vihara San Bio (Tangerang)



A. Sejarah Vihara Boen San Bio
     Vihara Boen San Bio terletak di Jalan K.S. Tubun no.43 Desa Pasar Baru, Kota Tangerang. Klenteng Boen San Bio dibangun oleh pedagang asal Tiongkok yang bernama Lim Tau Koen pada tahun 1689. Klenteng ini dibangun sebagai tempat untuk menempatkan patung Dewa Bumi (Kim Sin Khongco Hok Tek Tjeng Sin) yang dibawa pedagang tersebut dari Banten. Secara harfiah, “boen san bio” berarti kebajikan setinggi gunung. Berdiri di atas lahan seluas 4.650 m2, klenteng ini pada awalnya dibangun dari bambu dan kayu dengan dinding dari gedek sementara atapnya dari daun rumbia. Luasnya pun tidak seberapa. Seiring dengan waktu, klenteng ini mengalami beberapa kali renovasi dan pemugaran.

    Pada awalnya pengunjung klenteng ini sebagian besar berasal dari pedagang Tionghoa yang tinggal di sekitar Pasar Baru. Sekitar 10 tahun kemudian, berdirilah perkumpulan Boen San Bio yang merupakan cikal bakal berdirinya yayasan Vihara Nimmala.

B. Rekor Muri
        Vihara Boen San Bio telah memecahkan 11 rekor MURI, diantaranya dengan menegakkan 1.150 telur dalam waktu hanya beberapa menit yang dilakukan oleh 108 orang. Selain itu juga Vihara ini memiliki Thian Sin Lo (Tempat Hio) terberat di Indonesia. Tempat hio tersebut terbuat dari batu onix dengan beratnya sekitar 4.888 kg dan tinggi 120 cm.


C. Tempat Ibadah 
       Di dalam Vihara Boen San Bio terdapat petilasan Raden Surya Kencana. Raden Surya Kencana sendiri adalah seorang keturunan Pangeran pemeluk Islam pertama di Negara Padjajaran. Raden Surya Kencana dan istrinya pernah singgah di Klenteng Boen San Bio selama perjalanannya menyebarkan agama Islam. Ia cukup berjasa dan dihormati oleh masyarakat pada masanya, sehingga dibuatlah petilasan tersebut. Umat Muslim pun diperkenankan untuk berziarah dan beribadah dalam petilasan tersebut. Selain itu, disediakan secara khusus pula tempat ibadah bagi penganut agama Kong Hu Cu dan Tao.

D. Pendopo Pecun
     Di bagian belakang Kelenteng Boen San Bio juga terdapat pendopo bernama Pecun. Pecun merupakan sebuah upacara tradisional Cina yang melambangkan penghormatan bagi jasad seorang tokoh berpengaruh yang tenggelam dan tewas di sebuah sungai di Cina. Pecun merupakan sebuah upaya pencarian yang dilakukan dengan memakai perahu dayung. Perayaan Pecun digelar pertama kali di Tangerang pada tahun 1910.

E. Patung Dewi Kwan Im
       Ada patung Dewi Kwan Im setinggi sekitar 3 meter yang berada di bagian belakang Kelenteng, di depan ruang Dhammasala yang merupakan tempat utama umat Buddha untuk melakukan ibadah. Kwan Im atau Kwan She Im Phosat adalah Avalokitesvara Bodhisattva, Dewi Welas Asih di Tiongkok. Kwan Im adalah sebutan dalam dialek Hokkian dan Hakka yang dipergunakan mayoritas warga keturunan Tionghoa di Indonesia.



Pura Kerta Jaya (Tangerang)





A. Sejarah Pura Kerta Jaya
      Pura Kerta Jaya di bangun pada tahun kisaran 1982, dengan luas awal berkisar 100m. Awalnya umat Hindu sudah ada sejak tahun 60 an. Lalu pada 1982 berkumpulnya tokoh-tokoh agama untuk berinisiasi membangun sebuah Pura di Tangerang. Seiring berjalannya waktu Pura ini terus dilakukan pemugaran dikarenakan semakin bertambahnya umat agama Hindu. Hingga sekarang luas pura sudah mencapai 3400m yang terdirir dari sekitar 500 kepala keluarga umat Hindu.


B. Padmasana
     Padmasana adalah bangunan tinggi yang di filosofikan berbentuk bunga teratai. Bunga teratai dapat hidup di 3 tempat. Akarnya terdapat di lumpur, batangnya terdapat di air dan bunganya terdapat di udara


C. Bale Pawedan
       Bangunan ini terletak di Utama Mandala, tidak terlalu besar tapi tidak terlalu kecil, disesuaikan dengan areal yang tersedia. Pawedan artinya pemujaan. Bale ini merupakan bangunan dimana Ida Pedanda menghaturkan upacara dan memimpin persembahyangan. Secara filosofis, yang berstana di Bale Pawedan adalah Dewa Siwa. Pada saat Ida Pedanda, Pandita, Sulinggih memuja beliau menstanakan Dewa Siwa dalam dirinya. Jika kita perhatikan peralatan yang digunakan adalah siwa upa karana.


D. Gedong Simpen
       Bangunan untuk menyimpan alat perlengkapan upacara, seperti kober, tedung pagut, masmasang, panawa sanga dan sopacara. Bangunan yang diperlukan hanya kecil, namun pada kenyataan dibuat cukup besar dimana bagian depan gedong simpen ini digunakan untuk menerima tamu terhormat seperti sulinggih, para rohaniawan dan guru wisesa.












Profil Penulis dan Dosen Pengampu

1. Profil Penulis



Muhammad Sabran Ramadhani
Bontang, 19 Desember 1998
11170321000015
Mahasiswa Studi Agama-Agama
Fakultas Ushuluddin




Mercusuarridha
Tangerang, 26 September 1999
11170321000011
Mahasiswa Studi Agama-Agama
Fakultas Ushuluddin





Muhammad Irfan Maulana
Serang, 14 Juli 1997
11140321000061
Mahasiswa Studi Agama-Agama
Fakultas Ushuluddin



2. Profil Dosen Pengampu




Siti Nadroh , S, Ag. M, Ag
14 Juli 1972
Dosen Matakuliah Hindu Budha di Indonesia
Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Thursday, November 21, 2019

Video Terkait Hindu & Budha

1. Festival Peh Cun Kota Tangerang 2019


    Peh Cun (mendayung perahu) berasal dari Bahasa Hokkian yang dipendekkan dari Pe Leng Cun / Pe Liong Cun, bermakna "mendayung perahu naga". Walaupun perlombaan perahu naga bukan lagi praktik umum di kalangan Tionghoa-Indonesia, tetapi istilah Peh Cun tetap digunakan untuk menyebut festival ini. Festival ini dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek.

     Perayaan Peh Cun di Sungai Cisadane, Kota Tangerang adalah salah satu yang tertua di Indonesia. Menurut sejarahnya, perayaan yang digelar rutin oleh perkumpulan Boen Tek Bio ini, sudah ada sejak tahun 1910 dan selalu diisi oleh berbagai ritual dan tradisi unik.

    Wakil Wali Kota Tangerang H. Sachrudin yang hadir dalam acara tersebut menuturkan, Festival Peh Cun yang masuk dalam agenda event wisata tahunan Kota Tangerang, haruslah dijaga keberlangsungannya karena menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan.

    Perayaan Peh Cun tahun ini digelar selama 4 (Empat) hari yang diisi dengan berbagai ritual, tradisi dan perlombaan diantaranya Ritual Air Berkah, Sembahyang Twan Yang, Mendirikan Telur, Lomba Tangkap Bebek, Lomba Perahu Naga, Lomba Uleg Sambel dan masih banyak lagi.

2. 5 Perbedaan Candi Hindu & Budha


     Candi merupakan suatu bangunan bersejarah yang dibangun sebagai simbol budaya, agama, dan peradaban pada masa itu.  Indonesia sendiri memiliki banyak bangunan candi, baik candi Hindu maupun candi Budha yang tersebar di hampir seluruh Pulau Jawa dan Bali. Umumnya candi digunakan oleh masyarakat pada masa itu sebagai tempat pemujaan dewa dan dewi umat Hindu atau Budha. Selain menjadi tempat ibadah, beberapa candi yang tidak dilengkapi dengan simbol-simbol agama juga tetap dinamakan candi. Misalnya saja candi-candi yang ternyata difungsikan sebagai tempat pemandian, istana, gapura, dan lain sebagainya.
     
     Dalam candi Hindu dan Budha terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat diidentifikasi dengan mengamati ; Fungsi, Struktur, Arca, Bentuk dan Bahan pembuatan candi tersebut.

3. Pemberkatan Secara Agama Budha


     Setiap pernikahan di Indonesia yang diatur oleh agama memiliki syarat dan ketentuan administratif yang hampir sama, begitu pula dalam Agama Budha. Video ini menampilkan bagaimana prosesi pemberkatan pernikahan dalam agama Budha.

4. Upacara Sudhi Widani


     Sudhi wadani berasal dari kata sudhi dan wadani. Sudhi dari bahasa Sansekerta, yang berarti penyucian, persembahan, upacara pembersihan/penyucian. Kata yang sepadan dengan sudhi adalah suddha, yang berarti bersih, suci, cerah, putih tanpa cacat atau cela.

     Wadani berarti banyak perkataan, banyak pembicaraan. Adapun bentuk-bentuknya seperti :
1. Wadana yang dapat berarti muka, mulut, prilaku/cara berbicara.
2. Wadanya yang berarti fasih berbicara, ramah, banyak bicara.

     Dengan memperhatikan arti kata suddhi dan wadani tadi, maka suddhi wadani dapat di artikan dengan kata-kata penyucian. Secara singkat dapat di katakan bahwa upacara sudhi wadani adalah upacara dalam Hindu sebagai pengukuhan atau pengesahan ucapan atau janji seseorang yang secara tulus ikhlas dan hati suci menyatakan menganut agama hindu. Dalam pengukuhan ini yang menjadi saksi utama adalah Sang Hyang widhi (Tuhan), yang bersangkutan sendiridan Pimpinan Parisadha Hindu Dharma Indonesia atau yang di tunjuk untuk mewakili acara di maksud.

5. Hindu Wedding Ceremony


     Video ini menampilkan upacara pengantin tata adat Hindu Jawa Yogyakarta. Pernikahan adat Hindu Jawa ini dilasungkan di Pura Jagatnatha, Yogyakarta.

Peninggalan Kerajaan Hindu Buddha

1. Candi dan Stupa  Sumber      Candi dan stupa didirikan sebagi tempat pemujaan tetapi ada juga yang didirikan sebagai makam. Ada...